Operational
Risk Management (ORM)
Oleh :
Kapten Pnb Taufik Nur Cahyanto, S.T
Pengertian
Operational
Risk Management (ORM) adalah sebuah sarana pembuatan keputusan yang
dilaksanakan secara systematis untuk membantu mengidentifikasi resiko-resiko
dalam kegiatan operasional dan keuntungan-keuntungan serta menentukan cara
bertindak yang terbaik untuk setiap situasi. Pada pelaksanaanya ORM di terapkan
selama kegiatan operasional. Sebagai contoh , ORM diterapkan sebelum setiap
kegiatan penerbangan. ORM di laksanakan untuk meminimize resiko-resiko dalam rangka mengurangi
kecelakaan-kecelakaan, menjaga asset dan melindungi terhadap keselamatan dan
kesehatan seluruh anggota organisasi.
Managemen
resiko yang kita diskusikan ini, lebih kearah sebuah tindakan pre-empitive daripada tindakan reactive. Pendekatan yang kita gunakan adalah
berdasarkan filosofi bahwa apabila kita menunggu sebuah accident tanpa belum pernah berbuat langkah-langkah antisipatif
merupakan sebuah bentuk sikap yang tidak bertanggung jawab. Kita bisa di
katakan memanage resiko ketika kita
mengubah cara kita dalam melakukan sesuatu agar kesempatan untuk mencapai
kesuksesan dapat sesempurna mungkin, dan disamping itu tidak tercipta
peluang–peluang untuk melakukan kesalahan serta dapat menghasilkan kehilangan
dan kerugian sekecil mungkin. Hal ini merupakan sebuah pendekatan yang dapat
diterima dengan akal sehat (common sense),
untuk menyeimbangkan resiko-resiko terhadap keuntungan – keuntungan yang dapat
di capai dalam sebuah situasi yang selanjutnya digunakan menentukan cara
bertindak yang paling effective.
Seringkali,
pendekatan managemen resiko sangat tergantung pada sifat individu dan tingkat
pengalaman masing–masing orang yang biasanya sangat reaktif. Adalah sebuah hal
yang alami untuk selalu fokus terhadap hazard
yang telah menyebabkan suatu accident
ataupun incident di waktu yang
lampau. Dalam lingkungan operasional penerbangan, sering kita menjumpai sebuah
potensi kecelakaan yang selalu berulang-ulang dan dapat dengan mudah untuk
diidentifikasi oleh operator. Dengan menggunakan ORM sebagai sebuah alat bantu
dalam proses pembuatan keputusan, diharapkan kita sebagai operator maupun
penentu kebijakan dapat menilai sejauh mana tingkat keamanan dalam sebuah misi
yang akan kita laksanakan.
Pada gambar 1 dibawah ini
menggambarkan tujuan-tujuan daripada sebuah proses Operational Risk Management (ORM) yang meliputi tindakan
perlindungan terhadap:
a. Operator
(Manusia)
b. Peralatan
(equipment)
c. Sumber
daya lain yang ada pada sebuah organisasi (system,hardware,software)
Pencegahan
accident dan upaya pengurangan kehilangan baik fisik maupun psikis merupakan
aspek penting dalam pencapaian tujuan tersebut. Tahapan tersebut meliputi
identifikasi hazard maupun peluang (opportunities) dalam sebuah kegiatan.
Secara berkebalikan baik peluang maupun hazard
harus ditingkatkan maupun di eliminasi.
Hal ini pada dasarnya bermuara pada kegiatan perlindungan terhadap personel
maupun sumber-sumber yang ada pada sebuah organisasi. Dengan demikian rangkaian
kegiatan tersebut menghasilkan subuah optimalisasi kemampuan operasional (Maximize Operational Capability) yang
dapat dilaksanakan.
Figure
1: Risk Management Goal
|
.
Prinsip-prinsip
Operational Risk Management (ORM)
Berikut
ini akan kami jelaskan 4 prinsip yang mengatur seluruh tindakan yang berkaitan
dengan kegiatan ORM. Prinsip- prinsip ini diharapkan agar dapat diterapkan
sebelum, selama dan setelah tugas dilaksanakan oleh setiap individu yang
terlibat di semua level kebijakan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut :
a.
Tidak menerima resiko yang tidak perlu. Resiko yang tidak perlu (Unnecessary risk) adalah sebuah bentuk resiko yang bila kita
laksanakan tidak ada timbal balik keuntungan yang sepadan. Kita sadar bahwa
segala sesuatu pasti ada resiko. Sehingga pilihan yang paling logis dalam
menyelesaikan sebuah operasi adalah memenuhi segala requirement dengan kemungkinan resiko yang paling kecil. Pemahaman
yang bisa kita terima dalam konsep ini adalah “menerima resiko yang penting”
dalam arti kita harus mengambil resiko yang dapat kita antisipasi dan dapat
memberikan kesuksesan dalam pelaksanaan tugas.
b.
Membuat keputusan terhadap sebuah resiko pada
tingkat yang sesuai. Setiap orang dapat membuat keputusan terhadap
sebuah resiko. Akan tetapi, pembuat keputusan yang tepat adalah, seseorang yang
dapat mengumpulkan sumber-sumber untuk mengurangi atau menurunkan resiko yang
akan dihadapi serta menerapkan fungsi-fungsi control yang baik. Pembuat
keputusan (Decision-maker) harus
mampu mengambil keputusan berdasarkan kewenangan dan kemampuan pada level yang
diduduki. Mereka harus mengajukan keputusan kepada level yang lebih tinggi
sesuai dengan rantai managemen dalam sebuah organisasi dalam rangka menentukan
keputusan yang paling baik.
c.
Menerima resiko ketika keuntungan lebih berat
dari pada pengeluaran. Semua
keuntungan yang terlihat harus dibandingkan dengan pengeluaran atau biaya yang
harus dilakukan. Meski resiko yang tinggi harus diambil ketika ada pengetahuan
dan total keuntungan melebihi total pengeluaran. Keseimbangan antara biaya dan keuntungan adalah proses yang cukup
subyektif yang akhirnya dapat ditentukan dengan sewenang-wenang oleh pembuat
keputusan.
d.
Mengintegrasikan ORM pada perencanaan di semua
level. Resiko-resiko yang ada lebih
mudah di ukur dan di manage pada tahapan
perencanaan sebuah operasi. Perubahan-perubahan kemudian dibuat pada proses
perencanaan dan pelaksanaan dalam sebuah operasi. ORM merupakan bentuk
kejujuran dalam menilai sebuah perencanaan yang akhirnya dapat kita
identifikasi kelemahan dan kekurangan sebelum pelaksanaan operasi. Perbedaan
cara pandang di semua level merupakan nilai lebih dalam proses ini sehingga
perlunya kemampuan mengintegrasi cara pandang tersebut dalam proses
perencanaan.
Intisari
Operational Risk Management (ORM) proses
Step 1: Identify
the Hazard
Bahaya (Hazard) adalah kondisi nyata
ataupun kondisi yang berpotensi yang dapat menyebabkan penurunan, luka,
penyakit, kematian , kerusakan , kerugian atau kehilangan peralatan. Alat yang digunakan
untuk membantu proses identifikasi bahaya ataupun resiko dapat berupa
pengalaman, akal sehat dan alat analisa khusus.
Step 2: Assess
the Risk
Assessment step (Penilaian,
pengukuran) merupakan penerapan dari langkah pengukuran kwantitatif dan
kwalitatif untuk menentukan tingkat resiko yang tergabung dalam bahaya-bahaya
tertentu. Proses ini akan menghasilkan tingkat kemungkinan (probability) dan tingkat keburukan (severity) yang dapat dihasilkan oleh
potensi bahaya yang telah diidentifikasi.
Step 3: Analyze
Risk Control Measures
Meneliti
strategi-strategi dan alat –alat khusus yang dapat mengurangi dan menghilangkan resiko. Seluruh resiko
mempunyai 3 komponen : kemungkinan terjadi , keburukan dari bahaya, dan daya
tahan manusia dan peralatan terhadap resiko. Pengukuran dan controlling yang dilakukan secara efektif dapat
mengurangi sedikitnya satu komponen tersebut.
Step 4: Make
Control Decisions
Tentukan decision
–maker yang sesuai berdasarkan kondisi yang dihadapi. Pengambil keputusan
tersebut harus memilih alat pengendali resiko yang terbaik berdasarkan step 3.
Step 5:
Implement Risk Controls
Pengaturan
harus membentuk sebuah perencanaan yang mendukung pengendali resiko yang sudah
dipilih kemudian menyediakan waktu, materi dan personel yang diperlukan untuk
menaruh alat ukur tersebut pada tempatnya.
Step 6:
Supervise and Review
Ketika
alat dan fungsi control yang telah ditempatkan, proses harus dievaluasi kembali
secara periodic untuk meyakinkan effektifitas fungsi control tersebut. Anak
buah dan bapak buah dalam sebuah organisasi harus melaksanakan peran sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam rangka menjamin fungsi alat ukur
dan control tersebut dapat bertahan sesuai dengan kondisi terkini. Proses
managemen resiko berkesinambungan melalui sebuah siklus yang terjadi dalam
system, misi dan aktivitas sehari-hari.
Risk Management
Responsibilities
Managers/
Komandan
· Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
managemen resiko yang efektif.
· Menentukan atau memilih dari opsi analisa
resiko yang diajukan oleh staff.
· Menerima atau menolak resiko berdasarkan
keuntungan yang dapat diambil.
· Melatih , membina dan memotivasi anak buah
untuk menggunakan tehnik-tehnik managemen resiko.
· Mengajukan keputusan-keputusan yang diambil
kepada tingkat yang lebih tinggi ketika hal tersebut sesuai.
Staff
· Menilai resiko-resiko dan mengembangkan
alternative pengurangan terhadap resiko.
· Mengintegrasikan pengendali resiko kedalam
perencanaan dan perintah kepada anak buah.
· Mengidentifikasi pengendali resiko yang tidak
perlu.
Supervisors
· Menerapkann proses managemen resiko.
· Menerapkan risk managemen konsep dan metode
operasi yang efektif secara konsisten.
· Mengajukan masalah –masalah yang dapat
menimbulkan resiko kepada atasan untuk dievaluasi.
Individuals
· Memahami, menerima dan menerapkan proses
managemen resiko dalam setiap kegiatan.
· Mempertahankan kewaspadaan terhadap
perubahan-perubahan resiko yang tergabung dalam setiap tugas dan operasi.
Contoh
Penerapan (Implementasi)
Dalam sebuah kegiatan penerbangan
perlu kiranya kita selalu menerapkan managemen
resiko untuk mengidentifikasi potensi hazard
maupun kerugian dari perencanaan yang telah kita buat. Ada beberapa kendala
yang biasa terjadi dalam lingkungan kita saat ini dalam menerapkan ORM yaitu:
a.
Munculnya potensi hazard
atau resiko dalam perencanaan disikapi dengan reaktif sebagai kekurangan,
kurang persiapan dan bahkan sebuah pelanggaran yang akan mendatangkan punishment bagi perencana. Hal ini
membuat iklim ketidak jujuran dalam setiap kegiatan briefing perencanaan.
b.
Resiko yang muncul dalam setiap kegiatan penerbangan
harus dicari solusi real untuk
dihilangkan atau setidaknya di eliminasi.
c.
Kebijakan Versus Aturan. Kegiatan operasional
penerbangan yang dilaksanakan oleh crew pesawat C-130 hercules menuntut adanya
kebijakan yang diambil oleh seorang capten pilot. Dimana kita ketahui bersama
bahwa kebijakan adalah cenderung melanggar
aturan. Proses ORM seringkali terhambat oleh adanya kebijakan yang harus
diambil. Sehingga kendala ini harus dapat diidentifkasi dengan mendalam agar
kebijakan yang diambil tidak boleh mengalahkan atau melanggar proses ORM yang
telah dilaksanakan.
Berikut ini adalah sebuah
bentuk praktis guide lines yang dapat diterapkan dalam sebuah kegiatan
penerbangan yang akan kita lakukan.
SECTION
|
L
(LOW)
|
M
(MEDIUM)
|
H
(HIGH)
|
E
(EXTREME)
|
MISSION
|
X
|
|||
ENEMY
|
X
|
|||
TERRAIN
(ENVIRONMENT)
|
X
|
|||
TROOPS
|
X
|
|||
TIME
|
X
|
|||
PERSONEL
|
X
|
|||
L
|
M
|
H
|
E
|
|
OVERALL
|
x
|
Kesimpulan
Operational
Risk Management (ORM) merupakan sarana yang logis dan sistematis dalam
rangka identifikasi dan mengendalikan resiko. Operational risk management (ORM) bukanlah proses yang rumit dan complex namun memerlukan keterlibatan
individu untuk mendukung dan menerapkan prinsip-prinsip dasar dalam menerapkan
mangemen resiko. ORM menawarkan kepada individu dan organisasi sebuah alat yang
cukup berkekuatan untuk meningkatkan effektifitas dan mengurangi potensi accident. Apabila hal ini kita terapkan
dengan baik niscaya tujuan kita dalam mencapai keselamatan terbang dan kerja akan dapat segera
terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar